SUARA MAHASISWA, Maksimalkan Peran Masyarakat

KASUS terorisme yang terjadi di Mumbai, India, akhir-akhir ini, menjadi gambaran penting bahwa kondisi dunia saat ini sedang tidak aman.

Jika kemarin Muhammad Safrodin dan Steven Ivana Manihuruk menjelaskan kepada pembaca Rubrik Suara Mahasiswa bahwa kasus terorisme ini mulai mencuat kuat sejak terjadinya kasus pengeboman WTC pada 11 September 2001,mungkin kurang lengkap rasanya. Kalau kita pahami sejarah, kasus ini berkembang sejak Amerika Serikat (AS) menyerang Afghanistan pada 2001 lalu.

Pada saat ini pula sosok Osama bin Laden mulai muncul dan disimbolkan AS sebagai gembong teroris yang harus diperangi. Namun sampai saat ini AS tidak pernah bisa membuktikan kebenaran itu. Selama ini yang kita dapati hanya sebatas kebenaran visual lewat media-media elektronik seperti rekaman-rekaman Osama yang secara terang-terangan menyatakan mengancam pemerintahan Bush pada saat itu.

Apakah tindakan AS itu fakta atau sebatas manipulasi kekuasaan sebagai alat pembenaran atas tindakannya dalam melakukan penyerangan terhadap Afghanistan? Saya pikir masih perlu dicari kebenarannya.Karena jelas,sejak kejadian yang diprakarsai AS itu, kasus terorisme mulai menjamur,bahkan di Indonesia sekalipun. Tetapi yang namanya terorisme,entah dalam bentuk apa pun,tidak bisa dibenarkan,karena selain bertentangan dengan hak asasi manusia (HAM) akan rasa aman,juga bentuk kanibalisme sesama manusia.

Karena itu perlu dicari solusinya sehingga kenyataan yang demikian tidak terulang kembali.Tidak sedikit nyawa yang melayang karena tindakan yang demikian. Kalau di Indonesia,peran pemerintah dalam menanggulangi kasus terorisme cukup baik.Tetapi tindakan pemerintah itu tentu tidak cukup dalam menghadapi terorisme yang terorganisir,rapi,dan tersembunyi di tengah-tengah masyarakat. Untuk itu peran berbagai macam elemen masyarakat perlu diperkuat kembali dalam mengantisipasi berbagai macam aksi teror.

Dengan menjadi kontrol sosial terhadap masyarakat, khususnya perkembangan berbagai macam paham di masyarakat,kita tahu bahwa motif aksi terorisme di Indonesia bukan hanya permasalahan ekonomi, politik, atau budaya; tetapi motifnya juga karena ketidaksesuaian pandangan.

Selain itu pemerintah harus meningkatkan pemerataan pembangunan.Kesenjangan adalah faktor yang paling memungkinkan seseorang atau kelompok bertindak memaksakan terhadap yang lain

0 komentar: