Mendeteksi Batu Empedu sejak Dini

MASALAHbatu empedu menjadi perhatian RS Internasional Bintaro yang pada 10 Oktober 2008 ini mendekati usia ke-10.

Beberapa waktu lalu, RS Bintaro menyelenggarakan dialog kesehatan mengenai batu empedu dan pengobatannya serta cara penanganan yang disediakan rumah sakit tersebut. Dalam dialog ini dikenalkan sistem empedu sebagai serangkaian kegiatan sintesis dan penyaluran cairan empedu yang tidak terpisahkan dari fungsi hati dan limpa.

Selain juga kantong empedu yang merupakan kantong untuk menampung cairan empedu berupa garam empedu dan lemak. Pada diskusi ini, dibahas pula aneka sistem pendeteksian dini terhadap masalah batu empedu sebelum terjadi komplikasi yang menjangkit saluran maupun organ tubuh lainnya.

Kesalahan mengonsumsi makanan yang terlalu berlemak serta masuknya kuman, dapat menyebabkan pengendapan dari ekstrak lemak yang harusnya dapat diemulsi di dalam kantongempedu. Hal itu kemudian menimbulkan permasalahan berupa pembentukan inti batu empedu (choletithiasis).

Di samping itu, dapat pula menimbulkan peradangan empedu (cholecystitis). ’’Batu empedu juga dapat terjadi karena adanya konsentrasi asam empedu atau pigmen empedu dan kolesterol yang mengendap.

Bahkan, batu empedu yang terbentuk dapat berupa batu yang keras (pigmen) ataupun lembek (kolesterol),” ujar Dr Rino Alvani Gani,Sp PD (KGEH),spesialis penyakit dalam dari RS Internasional Bintaro,Tangerang, dalam pembahasan Penatalaksanaan Batu Empedu di Auditorium RS Internasional Bintaro,Kamis (18/9).

Batu empedu biasanya terbentuk di dalam kantong empedu, saluran empedu maupun di saluran hati. Batu empedu dapat menyebabkan radang dan infeksi jika batu keluar dari kantong empedu dan menimbulkan penyumbatandi saluran lain.’’Batu empedu yang berukuran kecil jauh lebih berbahaya dibanding yang berukuran besar.

Karena yang kecil memiliki peluang yang lebih besar untuk berpindah tempat dan menyumbat di saluran lain,” jelasnya. Komplikasi batu empedu sendiri terdiri atas, radang kantong empedu (dapat sampai bernanah), menyumbat saluran empedu, serta menyebabkan radang pankreas.

Endapan dari cairan kantong empedu hingga terbentuk batu sering kali menimbulkan rasa sakit yang mirip dengan sakit maag.”Tak sedikit pasien yang kerap bolak-balik ke dokter dan mengira mereka menderita sakit maag. Meski telah meminum obat sakit maag, tapi rasa sakit tidak kunjung membaik,”tambahnya.

Kedua penyakit ini memiliki kesamaan dalam gejalanya. Salah satunya, rasa sakit di ulu hati sebelah kanan atas. Bahkan dapat pula disertai dengan rasa pegal di bahu sebelah kanan,apalagi bila usai mengonsumsi makanan yang berlemak.Bedanya, biasanya rasa sakit yang menyerang penderita maag akan berlangsung secara perlahan hingga rasa sakit yang hebat.

Namun, kelainan batu empedu akan menimbulkan rasa sakit yang sangat tapi tiba-tiba menghilang begitu saja. Menurut Dr Rino, rasa sakit biasanya terjadi dalam 2–4 jam setelah menyantap hidangan yang berlemak dan sering kali timbul antara jam 9 malam hingga jam 6 pagi.

Tifoid atau sakit tifus juga dapat menyebabkan batu empedu. Karena kuman tifus akan bermuara di kantong empedu sehingga dapat menyebabkan peradangan lokal di situ.Dan ini biasanya tidak dirasakan pasien tifus karena tidak timbul rasa sakit maupun demam.

Hal ini dapat terjadi akibat kebiasaan pasien yang tidak menuntaskan obat antibiotik sehingga kuman akan terus berada dalam kantong empedu. Karena itu, sangat penting bagi pasien menghabiskan antibiotik seperti yang dianjurkan dokter supaya kuman di kantong empedu benar-benar tuntas. (mg22)

0 komentar: