Ironi Negeri Padi

ORANG bilang tanah kita tanah surga Tongkat,kayu,dan batu jadi tanaman (Koes Plus) Kutipan lagu di atas selalu mengingatkan kita betapa Indonesia merupakan negeriyangbegitukaya alamnya danakan memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi para penghuni negeri ini.

Namun pada kenyataannya, saat ini penduduk Indonesia yang sebagian besar adalah petani mengalami kondisi yang begitu memprihatinkan. Kemiskinan yang mendera tak kunjung usai walau pemimpin silih berganti.

Belum kering ingatan kita tentang tragedi memilukan pembagian zakat yang menelan 21 korban di Pasuruan. Hanya demi menerima uang Rp30.000,ribuan orang berdesak-desakan hingga ada yang kehilangan nyawa.Padahal mungkin uang sebesar itu di zaman sekarang bisa dikatakan ibarat hujan di padang tandus.

Kasus gizi buruk dan kelaparan menjadi makanan seharihariyangditayangkandimedia. Ini adalah bukti pemerintah tidak mampu membuat prioritas pembangunan dengan mengabaikan kebutuhan mendasar rakyatnya. Indonesia telah salah urus! Indikator yang tampak bila suatu negara salah urus adalah tidak ada persoalan yang lebih besar selain persoalan kemiskinan.

Kemiskinan telah mengakibatkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan secara terbatas.Berbagai keutuhan lain pun tak terpenuhi. Keterpurukan Indonesia adalah akibat kelatahan menerima pasar bebas.Pasar bebas ibarat menjadi ”berhala baru” dalam praktik penyelenggaraan ekonomi.

Daulat pasar menggusur daulat rakyat dengan cara menggusur orangorang miskin,tetapi bukan menggusur kemiskinan. Kebijakan yang instan dan tidak solutif semakin menambah jumlah orang miskin.Program Bantuan Langsung Tunai yangdidengungkansebagaikompensasisubsidikenaikanharga bahan bakar minyak malah melatih masyarakat memiliki mental peminta-minta.

Pendek kata,kemiskinan merupakan persoalan yang amat kompleks dan kronis dan membutuhkan solusi yang tepat.Penanganannya harus melibatkan semua komponen permasalahan dan diperlukan strategi penanganan yang tepat,berkelanjutan,dan tidak bersifat temporer.

Pencanangan program Revitalisasi Pertanian,Perikanan dan Kehutanan (RPPK) oleh pemerintahan SBY pernah menjadi secercah harapan kembalinya fitrah Indonesia sebagai negara pertanian dengan mengoreksi kekeliruan masa lalu.

Tetapi, sampai sekarang belum ada indikasi ke arah itu,semuanya masih pada tataran wacana yang mengutamakan pencitraan daripada hasil konkret. Semoga berbagai macam krisis yang kita hadapi justru akanmemberikanpenyadaranakanberbagaikekeliruanyang terjadi.

Indonesia harus dibangun dengan memanfaatkan secara optimal sumber daya domestik berupa alam dan tenaga kerja secara berkeadilan.Pembangunan tersebut harus melibatkan secara aktif masyarakat dalam ”ekonomi kerakyatan” disertai desentralisasi manajemen pembangunan.

0 komentar: