PENGERTIAN BERBAGAI ISTILAH SEHUBUNGAN DENGAN ANEMIA DAN KEK (KEKURANGAN ENERGI KRONIS)

Anemia Gizi : adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut Anemia Kekurangan Zat Besi atau Anemia Gizi Besi.

Remaja Putri : adalah masa peralihan dari anak menjadi dewasa, ditandai dengan perubahan fisik dan mental. Perubahan fisik ditandai dengan berfungsinya alat reproduksi seperti menstruasi (umur 10-19 tahun).

Wanita Usia Subur (WUS) : adalah wanita pada masa atau periode dimana dapat mengalami proses reproduksi. Ditandai masih mengalami menstruasi (umur 15-45 tahun).

Tablet Tambah Darah (Besi-Folat) : adalah tablet untuk suplementasi Penanggulangan Anemia Gizi yang setiap tablet mengandung Fero sulfat 200 mg atau setara 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat.

Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) : adalah berbagai kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku yang dalam hal ini berkaitan dengan anemia gizi dan suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD).

LILA : ukuran lingkar lengan kiri atas.

Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) : adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5>

KEK : adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun.

Akibat anemia gizi antara lain tampak pada tubuh yang sering mengalami gejala "4 L": letih, lemah, lesu, dan loyo. Di samping itu muka tampak pucat, kehilangan selera makan, apatis, sering pusing, sulit berkonsentrasi, serta mudah terserang penyakit.

Anemia gizi itu sendiri ada beberapa macam:

Anemia gizi besi: karena zat gizi besi (Fe) merupakan inti molekul hemoglobin yang merupakan unsur utama dalam sel darah merah, maka kekurangan pasokan zat gizi besi menyebabkan menurunnya produksi hemoglobin. Akibatnya, terjadi pengecilan ukuran (microcytic), rendahnya kandungan hemoglobin (hypochromic), serta berkurangnya jumlah sel darah merah. Penderita mengalami gejala umum berupa "4 L" itu tadi disertai pucat, kesemutan, mata berkunang-kunang, jantung berdegup kencang, dan kurang bergairah.

Untuk mengatasinya secara oral atau suntikan bisa diberikan suplemen zat gizi besi dengan dosis 60 - 180 mg/hari sampai keadaan normal. Untuk mencegah terjadinya anemia gizi besi bisa dilakukan dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber utama zat besi seperti daging dan sayuran sesuai kecukupan gizi yang dianjurkan.

Amenia gizi vitamin E: mengakibatkan integritas dinding sel darah merah menjadi lemah dan tidak normal sehingga sangat sensitif terhadap hemolisis (pecahnya sel darah merah). Soalnya, vitamin E adalah faktor esensial bagi integritas sel darah merah.

Anemia gizi asam folat: disebut juga anemia magaloblastik atau makrositik; dalam hal ini keadaan sel darah merah penderita tidak normal dengan ciri-ciri bentuknya lebih besar, jumlahnya sedikit dan belum matang. Penyebabnya ialah kekurangan asam folat dan atau vitamin B12. Padahal kedua zat itu diperlukan dalam pembentukan nukleoprotein untuk proses pematangan sel darah merah dalam sumsum tulang.

Penanganan gizinya dilakukan dengan tes laboratorium adanya B12 dalam darah untuk membedakannya dengan anemia pernicious. Bila ternyata kadar vitamin B12 normal, maka dapat dilakukan pemberian asam folat dengan dosis 0,1 - 1,0 mg/hari. Bila terjadi malabsorbsi, asam folat itu dapat disuntikkan dengan dosis 0,01 mg/hari. Tentunya hal ini perlu dikonsultasikan dengan dokter ahli gizi.

Anemia gizi vitamin B12: disebut juga pernicious, keadaan dan gejalanya mirip dengan anemia gizi asam folat. Namun, anemia jenis ini disertai gangguan pada sistem alat pencernaan bagian dalam. Pada jenis yang kronis bisa merusak sel-sel otak dan asam lemak menjadi tidak normal serta posisinya pada dinding sel jaringan saraf berubah. Dikhawatirkan, penderita akan mengalami gangguan kejiwaan.

Penanganan gizinya diawali dengan tes darah untuk mengetahui spesifikasi kekurangan zat gizinya. Kekurangan vitamin B12 dapat diatasi dengan pemberian secara oral atau suntikan dengan dosis sekitar 100 mcg/hari, sesuai anjuran dokter gizi.

Anemia gizi vitamin B6: anemia ini disebut juga siderotic. Keadaannya mirip dengan anemia gizi besi, namun bila darahnya dites secara laboratoris, serum besinya normal. Kekurangan vitamin B6 akan mengganggu sintesis (pembentukan) hemoglobin.

Penanganan gizinya dengan memberikan suplemen vitamin B6 secara oral dengan dosis 50 - 200 mg/hari atau sesuai anjuran dokter gizi.

Anemia Pica: tanda-tanda anemia Pica aneh dan tidak normal. Penderita memiliki selera makan yang tidak lazim, seperti makan tanah, kotoran, adonan semen, serpihan cat, atau minum minyak tanah. Tentu saja perilaku makan ini akan memperburuk penyerapan zat gizi besi oleh tubuh.

Untuk mengatasinya dilakukan penanganan gizi seperti pada anemia gizi besi yaitu dengan memberikan suplemen besi (Fe) dengan dosis 60 - 180 mg/hari sesuai anjuran dokter gizi. Selain itu pihak keluarganya harus mengawasi dan mencegah penderita untuk tidak melakukan kebiasaan makan benda-benda yang aneh-aneh itu.

0 komentar: